Lilypie First Birthday tickers

Saturday, September 19, 2009

Kembali kepada fitrah

Allahuakbar.. Allah Maha Besar..

Setelah sebulan kita berpuasa, setalah sebulan berperang dengan nafsu semata-mata, hari ini kita kembali kepada fitrah kita, fitrah seorang insan yang baru dilahirkan.. suci sesuci bening pagi, putih berseri bak kapas bersih. InsyaAllah, begitulah hendaknya.

This Ramadhan has been a tumultuous one for me. Madrasatul Ramadhan, I have emerged a much better person (I hope), insyaAllah. It is hard to express what I feel when the feelings are too vast to be expressed into words. Above all I thank Allah, for giving me the opportunity to correct my wrongs, to expunge my sins and cleanse my soul.

Lesson 1:
giving up something that I love for the sake of Allah.
Reward: Liberation from the feeling of guilt.
Feeling: Indescribable.

There are many kinds of love in this world. And there are so many things to love. But there are only two categories of love, one is because of Allah and the other because of our nafs. When you love something or someone because of Allah, you will be willing to sacrifice your own feelings for the sake of the hereafter more than what the world offers you. Sometimes what you love may not bring the best for you in the hereafter, thus you sacrifice you feelings so that you may get something way better in the hereafter.

Ramadhan ini, saya telah melalui pengalaman yang sangat sangat berharga. Kisahnya biarlah menjadi rahsia hati saya. Keperitan pada mulanya memang sukar digambarkan. Apa tidaknya, cuba bayangkan Nabi Ibrahim yang terpaksa menyembelih anaknya Ismail dengan tangannya sendiri atau bayangkan kita yang terpaksa menyembelih anak kita sendiri (untuk yang belum ada anak, bayangkan menyembelih mak ayah kita). Bayangkan ketika anda memegang parang di leher mereka, agaknya apa perasaan anda ya?

Sakit, sedih, pedih, pilu, semuanya ada. Tapi saya tahu kalau saya tidak korbankan perasaan saya itu, sampai bila-bila pun saya akan terperangkap dalam dunia tunggang terbalik ('stuck in limbo'). Sebab saya tahu Allah sudah nyatakan apa yang Dia suka dan apa yang Dia larang, setiap satunya ada hikmah tersembunyi yang tak terjangkau dek akal manusiawi kita. Jadi, yang saya rasa (saya rasa je pun bukannya saya yakin, hehe) baik untuk saya, tidak semestinya baik untuk saya dan begitulah sebaliknya. Kerana yang Maha Tahu hanyalah Allah swt. Namun, cukup untuk saya katakan bahawa perasaan bebas selepas melalui fasa yang menyakitkan itu rasanya, aduh.. seperti terbang di awan biru! Subhanallah!

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Surah Al-Baqarah: 216)

Lesson 2: Meletakkan pergantungan semata-mata kepada Allah.
Reward: Peace and tranquility.
Feeling: Calmness enveloping.

Two days ago, I lost my car keys. That day, duty started like usual at 8 am. Walking to the hospital that morning, I was carefree and feeling youthful. We saw an assisted vacuum delivery in the Labor Room around 9 am and there was a case presentation from 10.45 am to 1 am. It was around 1.30 am when I finally realized that my car keys was not in my white coat and not in my bag. By that time, no one else was around since it was the last day of school just before the Raya break (i.e last friday) and you can guess by now that they have all gone back home.

Setelah solat Zuhur, saya lakukan solat sunat taubat takut-takut Allah uji saya dengan kehilangan kunci kereta dek dosa saya yang saya telah lakukan tanpa saya sedari. Pada ketika itu, hati masih tenang dan masih yakin bahawa kunci akan ditemui dengan pertolongan Allah. Setelah itu, saya pun keluar dari surau hospital menuju ke OT (Bilik Bedah) yang merupakan destinasi pertama saya pagi tadi. I was trying to retrack my steps from the time I walked to the hospital to where I was at that time. Saya ke sana dan ke mari, ke situ dan ke sini.

Dan dalam perasaan gundah gelana, saya leka daripada memerhatikan waktu yang telah dihabiskan berjalan dan bertanya. I have been walking all around the hospital and the faculty for 2 hours non-stop! Tiba-tiba terbayangkan Siti Hajar bersama Ismail, ditinggalkan Nabi Ibrahim ditengah-tengah padang pasir yang tandus lalu terasa diri amat kerdil. Bibir mengucapkan Hasbunallah wa nikmal Wakeel - cukup, cukup, cukup bagiku Allah semata-mata sebagai Wakil. Allah alone is Sufficeint for us. Pergantungan semata-mata kepada Allah Yang Maha Memberi Pertolongan. Pada ketika diri hampir sahaja berputus asa, saya merendahkan hati padaNya dan berdoa, "If this is the best for me, than strengthen my Iman because of it O Allah!"

Malam itu, Ibu saya terjumpa kunci spare kereta (which was actually hanging on the key holder on the wall!) dan Alhamdulillah kami selamat tiba di kampung pagi tadi sebelum sahur dengan menaiki dua buah kereta, kereta saya dan kereta Ibu saya. Alhamdulillah.

Mungkin cerita kunci kereta saya ini terlalu simple dan mungkin bagi yang tidak melaluinya tidak dapat menangkap apa yang ingin saya sampaikan. Tapi demi Allah, if I can turn back time and go through all the worry and hardship of what happened, I would! Just so that I could get the feeling of Hasbunallah wa nikaml Wakeel back. Cukup mengasyikkan.

"Those (believers) unto whom the people (hypocrites) said, "Verily, the people have gathered against you (a great army), therefore, fear them." But it only increased them in Faith, and they said: "Allah alone is Sufficient for us, and He is the Best Disposer of affairs." (Surah Ali Imran: 173)

Banyak lagi kisah-kisah Ramdhan yang lain. Dan terlampau banyak lessons yang dapat diraih dalam madrasatul Ramadhan kali ini, tapi cukuplah dua pengajaran ini untuk saya kongsi pada kali ini. Semoga bermanfaat untuk saya dan semua pembaca.

***

Esok hari pertama Syawal. Seharusnya, hari kegembiraan menyambut kembalinya kita kepada fitrah seorang bayi yang tidak berdosa. Hari memuji kebesaran Ilahi yang telah mengembalikan kita kepada fitrah kita dengan kasih sayang dan rahmatNya.

Tapi saya takut. Takut saya tidak mampu untuk terus mengekalkan momentum amal saya seperti ketika Ramadhan, takut saya tidak akan bertemu lagi Ramadhan pada tahun hadapan, takut hari-hari mendatang melemahkan Iman saya lalu saya kembali menempek hati dengan karat-karat jahiliyyah, takut kelak saya tidak layak meraih redha dan syurga tertinggi Allah...

Allahumma Balighna Ramadhan.
Ya Allah, sampaikan aku dan saudara seislamku kepada Ramadan.


3 comments:

fieqa said...

salam kak!
terkesan ngn post nie.
thanks for posting..
moge kite dlm rahmatNya sntiasa.
salam syawal kak..(",)

wanirani said...

arifah, i didnt have a wonderful ramadhan. i dunno whether it was because i was very bz (which i really was but i didnt think that shud b the reason) or because i committed so much awful sins lately that He took the bless of Ramadha away from me.

today on 1st syawal, i dun feel happy for i feel like i have nothing to actually celebrate.

wish one day i will be like you.

pray for me please.

selamat hari raya. have a wonderful one :)

Arifah said...

Pika: Semoga menjadi saham akak di akhirat kelak. How's your raya? Rindu awak fillah. Lame dah tak jumpe dekat program. ;)

Wani:

I always pray for the people I care that Allah will show them the true path and strengthen their resolution and Iman to take that path. There will come a time when you will find that strength and the people to help you go through what is not easy to go through. Just keep on praying and keep on trying. Allah tidak pernah berputus asa terhadap hamba2nya, so don't give up on Him! Have faith sis, you'll find your way through. ;)

Datanglah upm sekali-sekala bila free. Boleh crite2 lagi. Heeee. =D